Virus Penyebab Demam Berdarah ”Dengue” (DBD)

DEMAM berdarah dengue (DBD) kembali datang membuat panik beberapa daerah di Indonesia dengan tewasnya puluhan hingga bilangan ratusan jiwa. Beberapa daerah ditetapkan sebagai daerah dengan kejadian luar biasa (KLB), seperti Jawa Barat, Jakarta, dan beberapa daerah lain di pulau Jawa, Sumatra, dan Bali. Bahkan di Bali seorang wisatawan asal Swedia teridentifikasi terserang DBD.

Penyakit yang datang saat musim hujan dan meningkat menjelang peralihan cuaca ini telah banyak membawa korban jiwa. Seperti yang diberitakan media massa, selama tahun 2005 jumlah penderita DBD juga terus bertambah. Tidak diragukan lagi bahwa penyebaran dengue melalui vektor nyamuk Aedes aegypti betina maupun Aedes albopictus. Nyamuk-nyamuk ini senang berkembang biak di air jernih, sejuk, dan gelap. Karena nyamuk berkembang biak di genangan air dan penyebaran dengue dipengaruhi keberadaan nyamuk Aedes aegypti, maka pengontrolan dengue bisa dilakukan dengan pengontrolan nyamuk Aedes aegypti.

Ada tiga cara pengontrolan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD, yaitu cara pertama adalah membunuh nyamuk baik dengan insektisida maupun ovitrap, yakni bak perangkap yang ditutup dengan kasa. Penggunaan insektisida tentunya memerlukan uang, selain itu berbahaya bagi manusia, juga memicu munculnya nyamuk yang resisten. Insektisida hanya efektif untuk jangka waktu pendek.

Cara kedua adalah membuat nyamuk transgenik agar tidak terinfeksi virus dengue. Jika nyamuk tidak bisa diinfeksi virus dengue, secara otomatis manusia juga tidak akan terinfeksi virus dengue. Cara ini digunakan beberapa peneliti di negara–negara maju yang tradisi penelitiannya sudah establish (mapan) untuk mengatasi masalah malaria, namun pengembangannya puluhan tahun.

Cara ketiga adalah cara yang sering dianjurkan pemerintah kita, yang sifatnya konvensional namun sejauh ini cukup efektif yaitu pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup atau menabur abate di tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang memungkinkan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Virus dengue penyebab DBD diklasifikasikan dalam famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Cara virus tersebut memasuki tubuh yakni melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul periode tenang selama kurang lebih empat hari, saat virus melakukan replikasi (penggandaan) secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia). Pada fase tersebut manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia, tubuh akan memberi reaksi. Secara umum, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus dengue melalui beberapa tahapan/fase. Bentuk reaksi pertama adalah terjadi netralisasi virus dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash). Bentuk reaksi kedua yang terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan. Bentuk reaksi ketiga terjadi kebocoran pada pembekuan darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi tubuh 1 dan 2, orang yang menunjukkan gejala itu akan menderita demam dengue. Sebaliknya, apabila ketiga bentuk reaksi terjadi, maka orang itu akan mengalami demam berdarah dengue.

Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa “demam dengue” atau “demam berdarah dengue”. Demam dengue adalah infeksi karena virus dengue, tetapi tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa seperti DBD. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tingginya mencapai 39-40 derajat celsius dan dapat disertai dengan menggigil. Karena peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang cepat muncul dugaan bahwa virus dengue yang kini mewabah adalah jenis baru. Kemungkinan ini tidak tertutup karena dengue adalah virus RNA yakni virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya. Seperti diketahui, virus RNA bermutasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan virus DNA. Diperlukan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam pemberian dana riset yang lebih memadai dan berkelanjutan.***

Woro Swasti Ngili, S.Si., dan Yohanis Ngili, M.Si.,

Alumni Jurusan Kimia ITB; Alumni Magister Kimia ITB.

0 komentar: